TUGAS KULIAH

PERSPEKTIF FOUCAULT


Eza Gionino Bantah Kesaksian Ardina Rasti dalam Sidang



Kamis|11 April 2013|07:07
Jakarta, KasaKusuK.com
Keterangan saksi pelapor sekaligus korban, Ardina Rasti dalam sidang kasus penganiayaan yang dilakukan Eza Gionino dibantah oleh Eza.
"Itu semuanya bohong majelis hakim yang terhormat," kata Eza di dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, (10/4).
Pemain sinetron Putih Abu-abu itu membantah semua keterangan yang dinyatakan Rasti dalam sidang. "Dari kejadian pertama sampai kedua semua bohong," tambahnya menjawab pertanyaan Ketua Hakim Yunisman yang mempertanyakan bagian mana yang dianggapnya bohong.
Dalam keterangannya sebagai saksi, Rasti membeberkan kronologis setiap penganiayaan yang dilakukan Eza. Menurut Rasti, peristiwa pertama terjadi di rumahnya di Kawasan Pejaten, Jakarta Selatan pada 10 Juli 2011 dan yang kedua masih di rumahnya di Kawasan Bintaro Tangerang, 8 Juni 2012. (swc/yn)


Produksi Wacana
Persepsi kita tentang suatu objek dibentuk dengan dibatasi oleh pandangan yang mendefinisikan sesuatu yang benar dan yang lain tidak. Produksi wacana di atas dibatasi oleh Eza Gionino yang telah melakukan penganiayaan tehadap mantan kekasihnya Ardina Rasti. Wacana tersebut diproduksi oleh KasaKusuK.com.
Ideologi/ paham/ pandangan Masyarakat
Pandangan masyarakat terhadap wacana tersebut adalah Eza Gionino seorang laki-laki yang mudah terpancing emosi dan bertindak kasar terhadap seorang perempuan yaitu Ardina Rasti mantan kekasihnya. Walaupun hal tersebut telah dibantah Eza tetapi Ardina Rasti telah menjelaskan kronologis setiap penganiayaan yang dilakukan Eza. Penjelasan kronologis tersebut menguatkan pandangan masyarakat bahwa Eza memang benar-benar melakukan penganiayaan terhadap Rasti sehingga masyarakat menjadi kontra/ bertentangan dengan pemberitaan tersebut.
  
Wacana Terpinggirkan
Berdasarkan pemberitaan mengenai pembantahan Eza Gionino di atas maka pemberitaan tersebut  adalah wacana terpinggirkan karena sudah dibatasi pandangan masyarakat mengenai penganiayaan yang dilakukan Eza Gionino terhadap Ardina Rasti.



----------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------

PRAANGGAPAN PERCAKAPAN FILM SINCHAN

                                                             AKU MANDI SENDIRI

Mama:  “Sinchan sekarang waktunya mandi! Lihat air panasnya. Sinchaan kamu mengertikan?  Airnya jangan Cuma dilihat. Ayo mandi! “
Praanggapannya:   mama menyuruh sinchan mandi, bukan waktunya untuk tidur-tiduran lagi. Airnya langsung dimandikan jangan hanya dilihat.
Sinchan: “Kalo itu sudah pasti, emmm (sambil meneropong air)”
Praanggapannya: Sinchan melihat airnya.
Mama: “Pakai teropong juga tidak boleh sinchan!”
Praanggapannya: Sinchan memakai teropong.
Sinchan: “Oh begitu.”
Pranggapannya: Sinchan paham maksud mamanya.
Mama: “Berapa kali mama harus mengatakannya padamu? Kalau lihat air panas aduk pakai ini dan rasakan dengan tanganmu!”
Praanggapannya: Mama Sinchan sudah terlalu sering mengatakan jika ingin mengaduk gunakan alat dan dirasakan dengan tangan.
Sinchan: “E..a.. aku hampir lupa.”
Praanggapannya: Sinchan tidak lupa jika mengaduknya menggunakan alat dan dirasakan dengan tangan.
Mama: “Haah bukan begitu, terbalik.”
Praanggapannya: Mama menegur Sinchan karena terbalik menggunakan alatnya.
Sinchan: “Ee…haaahaa…(mengaduk air) suaranya bagaimana?”
Praanggapannya: mengaduk air
Mama: “Ah…sudah jangan bercanda sinchan. Ayo cepat mandi!”
Praanggapannya:  Sinchan bercanda.
Sinchan: “Aa..h kalau begitu aku akan bernyani saja ya!”
Praanggapannya: Sinchan akan bernyayi.
Mama: “Kamu ini ada-ada saja hentikan!”
Praanggapannya: Mama marah kepada Sinchan.
Sinchan: “Mandi pagi belum biasa mandi sore juga belum.”
Praanggapannya: Sinchan belum biasa mandi pagi dan mandi sore.
Mama:  “Ahhh sudah cukupkan?”
Praanggapannya: Sudah cukup bermain-main.
Sinchan: “Ahhh … capee…”
Praanggapannya: Sinchan cape.
Mama: “Tunggu dulu, airnya bagaimana?”
Sinchan: “A…aa.. belum ya?”
Mama: “Sebelum itu simpan ini, lalu masukan tanganmu untuk merasakan air panasnya.”
Praanggapannya: Simpan alatnya lalu memasukkan tangan.
Sinchan: “Aahh… mama cerewet.”
Praanggapannya:  Sinchan punya mama yang cerewet.
Mama: “Kalau  mama tidak cerewet kamu tidak mau menurut. Tanganmu lebih baik dimasukkan!”
Praanggapannya: Sinchan punya mama yang cerewet.
Sinchan: “Emmmm….”
Mama: “Dimasukkan lalu ditarik lagi! Ayo sinchan!”
Praanggapannya: Memerintah Sinchan.
Sinchan: “Ah yaa…emmm…emmm…”
Praanggapannya: Mencelup tangan.
Mama: “Belum, ahh lupa. Haah hampir saja masakanku gosong. “
Praanggapannya: Masakan mama gosong.
            Mama: “Bagaimana sudah cukup belum?”
Sinchan: “Emmm….emmmm…”
Mama: “Apa yang kamu lakukan shinchan.”
Sinchan: “Emm..emm.. airnya sudah cukup.”
Praanggapannya: Sudah cukup.
Mama: “Ehhh… kalau begitu lepas dulu bajumu yaaa!”
Sinchan: “Emm…emmm.. mama kemana?”
Praanggapannya: Sinchan melepas baju.
Mama: “Mama harus masak makan malam. Sinchankan sekarang sudah besar jadi bisa mandi sendirikan?”
Praanggapannya:  Memasak makan malam. Sinchan sudah besar.

Malam hari
----------
Papa: “Papa pulaaang…”
Praanggapannya: Sudah sampai dirumah.
Mama: “Selamat datang.”
Praanggapannya: Papa sudah sampai dirumah.
Papa: “Aaa… kamu mandi sendiri ya sinchan?”
Praanggapannya: Sinchan mandi sendiri.

Sinchan: “I..iya…”
Papa: “Hahaha kamu memang pintar, sekarang sudah besar ya?”
Praanggapannya: Sinchan sudah besar.
Mama: “Ya. Kalau dicoba pasti akan bisa. Bagaimana kalau papa juga mandi biar segar.”
Praanggapannya: Sinchan sudah bisa mandi sendiri.

***
  
----------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------- 





HASIL ANALSIS WACANA IKLAN SEPEDA MOTOR PADA RADIO

  • Butir Utama Iklan

-          Butir utama yaitu untuk menarik perhatian kosumen seperti percakapan di bawah ini.

A: “Bos…bos… sudah jabot bos sekarang kita bisa ngebesut bos dan tampil yahut.”
       (inisiasi karena merupakan awal percakapan iklan)
B:  “Ha..ha..ha… bagus, mana dia?”
       (respon dari percakapan awal)
A: “Ini dia bos Zupiter Z baru ha..ha.. maunya merah hitam kan bos?”
      (inisiasi, karena memulai percakapan lagi)
B: “Inikan warnanya hitam merah”
      (respon dari percakapan A)
A: “Merah hitam bos”
       (feedback, tanggapan balik dari percakapan B)
B: “Hitam merah”
       (inisiasi)
A: “ Inikan merah hitam bos”
       (respon)
B: “Hitam meraaah”
       (feedback)
A: “Merah hitam”
   (inisiasi)
B: “Hitam merah” (memukul)
      (respon)
A: “Aduuuh sakit bos” (dipukul)
      (feedback)
B: “ Makanya jangan ngelawan sama bos”
      (respon)

-------------------------------------------------
-------------------------------------------------

  • Badan Iklan

-          Badan Iklan bertujuan untuk menarik minat dan kesadaran calon konsumen mengenai keunggulan produk. Iklan ini bersifat subjektif karena mengajak emosi para konsumen untuk membeli produk motor yang ditawarkan. Iklan yang bersifat objektif ini dapat dibuktikan melalui wacana dibawah ini.

Narator: “Apapun warna pilihan kamu Yamaha Zupiter Z tampil makin yahut siap dijemput.” ”Makin power full dengan grafis baru." "Membuat penampilan kamu makin keren, sporty dan modern."

--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
  • Penutup Iklan

-          Penutup Iklan bertujuan untuk memacu konsumen agar cepat bertindak sesuai dengan tujuan iklan.
Narator :“Yamaha Jupiter Z cepat, lincah, irit, yang lain makin ketinggalan.”

Narator: “ Yamaha semakin di depan”

Penutup iklan menggunakan teknik lunak karena proposisi yang disampaikan narator iklan tersebut hanya menekankan atau menegaskan informasi yang telah disampaikan pada bagian badan iklan, narator tidak mengajak konsumen untuk segera membeli produk dan tidak menyebutkan bahwa produk persediaan terbatas.





-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------


KOHESI DAN KOHERENSI WACANA

A.    Pengertian Kohesi
         Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh (Mulyana, 2005: 26). Contoh kohesi adalah sebagai berikut.
Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Baru-baru ini tarif pemakaian listrik naik 25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja, bukan barang mewah.
Contoh wacana di atas dikatakan kohesif, karena menggunakan alat kohesi pengulangan, misalnya listrik yang diulang beberapa kali. Namun, paragraf tersebut tidak padu karena bagian-bagian paragraf itu tidak mempunyai kepaduan secara maknawi.

B.  Pengertian Koherensi
      Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005: 30).
Contoh:

(a)    Buah Apel ( Apple ) adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. (b) Menurut beberapa penelitian dibalik kelezatan dari rasa buah apel ternyata juga mengandung banyak zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. (c) Untuk itu sangatlah penting untuk mengkonsumsi buah    apel. (d) Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya. (e) Dengan kandungan zat-zat tersebut buah apel memiliki manfaat yang dapat mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. (f) Berikut ini adalah beberapa manfaat buah apel bagi kesehatan yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber  yaitu buah apel dapat mencegah penyakit asma, dapat mengurangi berat badan,  melindungi tulang, menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker hati, kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus, mengontrol diabetes, membersihkan dan menyegarkan mulut.

Bagian-bagian pada wacana di atas saling mempunyai kaitan secara maknawi, kalimat di atas menjelaskan secara rinci zat-zat dan manfaat yang terkandung dalam buah apel. Wacana itu termasuk wacana padu karena hampir setiap kalimat berhubungan padu secara maknawi dengan bagian lain. Selain itu, wacana itu juga kohesif. Ada beberapa kata yang diulang (buah apel pada setiap kalimat). Jadi, wacana itu harus kohesif dan dan koherensif. Bahkan keterpaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan.

C. Piranti Kohesi

      Menurut Halliday dan Hassan (1976), unsur kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur leksikal dan unsur gramatikal. Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.

1.      Piranti Kohesi Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti kohesi gramatikal seperti berikut.

a.      Referensi
Referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya mempunyai referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis.
Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan endoforis.

§  Referensi eksoforis adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar teks wacana.
Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’

§  Referensi endofora adalah pengacuan satuan satuan lingual yang terdapat di dalam teks wacana.
Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
·         Referensi anafora yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang lebih dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.
Contoh:
(a)    Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin  Janah menerima lamarannya.
Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada kata Adi.
Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara padu dan saling berhubungan.
·         Referensi katafora yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat yang sebelah kanan.
Karena bajunya kotor, Gani pulang ke rumah.
Pronomina enklitik-nya pada kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani yang terdapat pada kalimat kedua.

Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif.
·      Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti bergantung yang memerankannya.
Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.

Tunggal
Jamak
Persona pertama
Aku, saya
Kami, kita
Persona kedua
Kamu, engkau, anda
Kalian, kami sekalian
Persona ketiga
Dia, ia, beliau
Mereka

Contoh:
a)   Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)
b)   Kamu sekarang harus lari! Ayo, Okta cepatlah! (referensi bersifat katafora)

·    Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk        menunjuk. Biasanya menggunakan kata: ini, itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu, di        sini, di situ, di sana dan sebagainya.
Contoh:  (a) “Di sini saya dilahirkan. (b) Di rumah inilah saya dibesarkan,” kata Ani.
Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu secara katafora terhadap antesedan rumah pada kalimat (b).
·   Pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antasedennya.
Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan sebagainya.
Contoh:
Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.

b.      Substitusi (penggantian)

Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863).
Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal.
1.      Kata ganti orang merupakan kata yang dapat menggantikan nama orang atau beberapa orang.
Contoh: Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan Selatan.
2.      Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu.
Contoh: Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di Kalimantan Timur. Di sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai alat untuk mengolah buah sawit menjadi minyak mentah.
3.      Dalam pemakaian Bahasa untuk mempersingkat suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi, dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata.
Contoh:
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Repubublik Indonesia.
Kata demikian pada contoh di atas merupakan kata ganti hal yang menggantikan seluruh preposisi yang disebutkan sebelumnya.

c.       Elipsis (penghilangan/ pelepasan)
Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan.
            Contoh:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-   saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. (Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.

d.      Piranti Konjungsi (kata sambung)
Konjungsi termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat.
Piranti konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.

a.       Piranti urutan waktu
Proposisi-proposisi yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu. Berikut ini beberapa konjungsi urutan waktu. Setelah itu, sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian, akhirnya, waktu itu, sejak itu dan ketika itu.
Contoh:
Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah itu dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.

b.      Piranti Pilihan
Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan pilihan.
Contoh:
Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru.

c.    Piranti Alahan
Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan frasa-frasa seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun demikian, dan biarpun begitu.
Contoh:
Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.

d.      Piranti Parafrase
Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti.
Contoh:
Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya satra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.

e.       Piranti Ketidaserasian
Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan.
Contoh:
Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat penunjuk jalan.

f.       Piranti Serasian
Piranti keserasian digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan hubungan yang selaras atau sama.
Contoh:
 Nia sangat dermawan, demikian juga dengan ibunya.

g.      Piranti Tambahan (Aditif)
Piranti Tambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Piranti konjungsi tambahan antara lain: pula, juga, selanjutnya, dan, di samping itu, tambahan lagi, dan selain itu.
Contoh:
 Masukkan kentang dan wortel, selanjutnya beri garam dan gula  secukupnya. Selain itu, kita    juga bisa menambahkan brokoli dan jagung manis.

h.      Piranti Pertentangan (Kontras)
Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan misalnya (akan) tetapi, sebaliknya, namun, dsb.
Contoh:
Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap berlatih agar tidak terjadi penurunan.

Diky sangat nakal, tetapi ia pintar.

i.        Piranti Perbandingan (Komparatif)
Piranti ini digunakan untuk menunjukkan dua proposisi yang menunjukkan perbandingan. Untuk mengatakan hubungan secara eksplisit sering digunakan kata penghubung antara lain: sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, serupa dengan itu, dan sejalan dengan itu.
Contoh:
Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair. Pantun mempunyai dua bagian setiap bait, yaitu bagian sampiran dan isi. Sampiran terdapat dua baris pertama, sedangkan isinya terkandung pada dua baris terakhir.

j.        Piranti Sebab-akibat
Sebab dan akibat merupakan dua kondisi yang berhubungan. Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan sebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.
Contoh:
Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya rumah warga di sepanjang Jl. Yos Sudarso terendam banjir.

k.      Piranti Harapan (Optatif)
Hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang mengandung suatu harapan atau doa.
Contoh:
-          Mudah-mudahan kejadian seperti itu tidak terulang kembali.
-          Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.


l.     Piranti Ringkasan dan Simpulan
Piranti tersebut berguna untuk mengantarkan ringkasan dari bagian yang berisi uraian.
Contoh:
Demikianlah beberapa informasi memngenai manfaat buah apel bagi kesehatan yang telah saya sampaikan pada artikel ini. Jadi, mulai sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah apel.

m.  Piranti Misalan atau Contohan
Contohan atau misalan itu berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan adalah contohnya, misalnya, umpanya, dsb.
Contoh:
Kata ganti orang pertama tunggal. Contohnya hamba, saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.

n.  Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)
Piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali, mungkin, kemungkinan besar, dan sebagainya.
Contoh:

Mungkin dia sedang sedih.

o. Piranti Konsesi: memang, tentu saja
   Dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim pesan mengakui      sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar jalur yang      dibicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan kata memang atau tentu          saja.
Contoh:
Memang benar dia pintar.

p. Piranti Tegasan
Proposisi yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan di resapi.
Contoh:
Untuk  makan sehari-hari saja susah apalagi untuk membeli rumah.

q. Piranti Jelasan
Piranti ini digunakan untuk memberikan penjelasan yang berupa proposisi (pikiran, perasaan, peristiwa, keadaan, dan sesuatu hal) lanjutan.
Contoh:
Yang dimaksud braille adalah sistem tulisan dan cetakan untuk orang buta.


2.      Piranti Kohesi Leksikal
Secara umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frasa bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau mengikuti. Menurut Rentel (1986: 268-289), piranti kohesi leksikal terdiri atas dua macam yaitu:

a. Reiterasi (pengulangan)
Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan yang kohesif.
Jenis-jenis reiterasi itu meliputi:

1.      Repetisi Ulangan
Repetisi atau ulangan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan kohesif antarkaliamat. Macam-macam ulangan atau repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia seperti berikut.
a)      Ulangan Penuh
Ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk.
Contoh:
Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya.

b)      Ulangan dengan bentuk lain
Terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama.
Contoh:
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan fisafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.

c)      Ulangan dengan Penggantian
Pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti.
Contoh:
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya.

d)     Ulangan dengan hiponim
Contoh:
      Bila musim kemarau tiba, tanaman di halaman rumah mulai         mengering . Bunga tidak mekar seperti biasanya.
2.      Kolokasi
Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdampingan dengan yang lain, biasanya diasosiasikan sebagai kesatuan.
Contoh:
UUD 1945 dan Pancasila.
Ada ikan ada air.

D.    Piranti Koherensi

                  Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan.
                 
                  Contoh:
(a)    Guntur kembali bergema dan hujan menderas lebih hebat lagi. (b) Hati Darsa makin kecut.

Biarpun tidak terdapat pemerkah hubungan yang jelas antara kalimat (a) dan (b), tiap pembaca akan menafsirkan makna kalimat (b) mengikuti kalimat (a). Pembaca mengandaikan adanya ‘hubungan semantik’ antara kalimat-kalimat itu, biarpun tidak terdapat pemerkah eksplisit yang menyatakan hubungan seperti itu.

Berikut ini adalah contoh wacana yang mempunyai koherensi baik, tetapi tidak tampak hubungan kohesifnya.

A: “ada telepon.”
B: “saya sedang mandi.”
C: “baiklah.”

Widdowson (1979).

Sebagai sebuah wacana, contoh percakapan di atas tidak dapat pemerkah kohesif. Untuk memahami tuturan tersebut, kita harus menggunakan informasi yang terkandung di dalam ujaran-ujaran yang di ungkapkan dan juga sesuatu yang lain yang dilibatkan dalam penafsiran wacana itu. Percakapan semacam itu akan dapat dipahami dengan baik melalui tindakan-tindakan konvensional yang dilakukan oleh partisipan dalam percakapan itu.


    
                  















Tidak ada komentar:

Posting Komentar